Kepemimpinan
transformasional adalah gaya yang banyak disukai pemimpin, karena diasumsikan
dapat menghasilkan hasil di luar dugaan (Bass dan Burns dalam Marzano, dkk.,
2005). Menurut Bass dan Burns pemimpin
transformasional membentuk “hubungan stimulasi timbal balik dan mengubah
pengikut menjadi pemimpin dan dapat mengkonversi pemimpin menjadi agen moral”. Bass (
dalam Marzano, dkk., 2005) mengidentifikasi empat faktor ciri perilaku pemimpin
transformasional yang diistilahkan Four I’s transformational leadership, yaitu
: (1) pertimbangan individual, (2) stimulasi intelektual, (3) motivasi
inspirasional, dan (4) pengaruh ideal. Oleh Bass dan Avolio (dalam Marzano,
dkk., 2005) Four I’s transformational
leadership ini merupakan keterampilan yang diperlukan kepala sekolah saat
mereka menghadapi tantangan abad 21.
Sebagai
contoh, pemimpin sekolah harus hadir untuk kebutuhan dan memberikan perhatian
secara pribadi kepada individu staf, terutama mereka yang tampaknya
ditinggalkan (pertimbangan individu). Pendekatan secara pribadi ini tentu dalam
rangka mendengar permasalahan yang dihadapi staf dalam menjalankan tugasnya,
sehingga kepala sekolah harus punya kecerdasan mendengar, yaitu mau mendengar
permasalahan staf, memahami dan memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi. Teknik ini tentu sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi staf,
karena merasa dihargai dan dimotivasi yang pada akhirnya akan membawa dampak
baik terhadap prestasi sekolah. Pendekatan yang dilakukan pimpinan ini harus
pendekatan yang manusiawi, artinya penuh dengan kesantunan, tidak dengan
kemarahan, dengan bahasa yang lembut, tidak sombong dan menghargai staf.
Kepala
Sekolah yang efektif harus membantu anggota staf memikirkan masalah lama dengan
cara baru (stimulasi intelektual). Untuk bisa berprestasi warga sekolah harus
punya semboyan hari esok harus lebih baik dari hari ini, sehingga setiap saat
harus mau belajar untuk bisa menghasilkan kerja/karya yang lebih baik dari
sebelumnya. Dalam hal ini kepala sekolah bisa menciptakan slogan yang bisa
memotivasi semua warga sekolah, misalnya : 3S, super tim, semua penting, semua belajar.
Super tim, semua warga sekolah harus
satu tujuan, yaitu meningkatnya prestasi sekolah, yang ditandai dengan
meningkatnya prestasi peserta didik melalui kerja bersama dan sukses bersama. Secara
operasional semua program sekolah, baik bidang akademik, maupun non akademik
harus bermuara pada meningkatnya prestasi peserta didik. Super tim yang satu
tujuan tentu akan fokus, ibarat aliran air sungai, dari banyak cabang sungai
menyatu menjadi satu sungai yang besar tentu aliran air yang terjadi akan kuat
dan dahsyat menerjang semua rintangan yang menghalangi hingga sampai ke hilir
(tujuan). Semua penting mengandung
maksud, semua komponen sekolah berperan sama pentingnya dalam memajukan
sekolah, tentunya sesuai dengan tupoksinya masing-masing, sehingga dalam hal
ini kepala sekolah harus memahami benar tugas dan fungsi masing-masing komponen
sekolah dan melakukan monitoring dan evaluasi semua program sekolah secara
terencana dan berkesinambungan. Mulai dari penjaga sekolah sampai kepala
sekolah mempunyai program kerja yang jelas. Konsep ini juga akan membawa
kenyamanan semua warga sekolah, karena merasa dihargai, kehadirannya sangat diperlukan sehingga akan
membawa iklim kondusif terhadap pembelajaran di sekolah. Pendekatan secara
manuasiawi dari kepala sekolah terhadap semua komponen sekolah menjadi kunci
kenyamanan tersebut. Kepala sekolah harus bersikap adil terhadap semua komponen
sekolah. Dengan menghapus konotasi paling penting dan tidak penting dari semua
komponen sekolah ini, diyakini akan memudahkan menerapkan rasa keadilan di tengah warga sekolah. Semua belajar, siapapun personil sekolah, mulai dari kepala sekolah
sampai penjaga sekolah, semua harus punya motivasi yang kuat untuk selalu
belajar, tidak mungkin hari esok lebih baik dari hari ini tanpa belajar, kepala
sekolah harus memberikan contoh nyata dalam hal ini, yaitu selalu belajar baik
di perpustakaan sekolah atau di ruang IT. Kepala sekolah juga harus melengkapi
sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar ini, ingat belajar tidak
hanya dilakukan oleh peserta didik, tetapi semua warga sekolah, misalnya dengan
membentuk pojok ruang guru. Belajar memang wajib hukumnya sejak kita lahir
sampai meninggal, sehingga tidak ada alasan untuk tidak selalu belajar. Jika ini
benar-benar dilaksanakan maka akan tercipta sekolah pembelajar, karena semua
warga sekolahnya haus belajar, dan ini diyakini akan cepat mengantarkan peserta
didik untuk meraih prestasi yang cemerlang.
Melalui kehadiran yang kuat dan
dinamis Kepala Sekolah yang efektif harus berkomunikasi dengan harapan yang
tinggi bagi guru dan siswa (motivasi inspirasional). Kepala sekolah harus membangun
komunikasi yang sehat dengan semua warga sekolah, dan memberikan motivasi
standar tinggi dalam melaksanakan tugas, hasil pekerjaan tiap komponen sekolah
diupayakan selalu maksimal dan sempurna, misalnya kepada guru, kepala sekolah
harus selalu mendorong guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu mendidik dan
mengajar peserta didik sehingga peserta didik benar-benar faham apa yang
dipelajarinya. Kepala sekolah harus senantiasa melakukan pengawasan terhadap
kegiatan belajar guru ini, melalui kegiatan supervisi akademik, kepala sekolah
dapat membantu guru mengatasi kelemahannya dalam membawakan pembelajaran di
kelas, akan lebih baik lagi jika dilakukan supervisi klinis, yaitu guru
mempunyai inisiatif memperbaiki proses pembelajarannya dengan meminta kepala
sekolah membatu mengatasi permasalahannya. Tahapan yang harus dilakukan kepala
sekolah dalam melakukan supervisi akademik terhadap guru adalah : (1) Pra
Observasi, kepala sekolah mengobservasi perangkat perencanaan pembelajaran,
utamanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan guru dan
dengan komunikasi langsung, kepala sekolah memberikan masukan dan pengarahannya
terhadap RPP yang telah disusun guru agar pelaksanaan pembelajaran nanti dapat
berlangsung dengan baik, utamanya dalam penggunaan metode pembelajaran dan
media pembelajaran yang akan digunakan, (2) Observasi, kepala sekolah mengamati
secara langsung pembelajaran guru di kelas, dan mencatat dalam lembar observasi
semua tahapan kegiatan guru selama pembelajaran di kelas berlangsung, (3) Pasca
observasi, kepala sekolah melakukan refleksi bersama guru berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan kepala sekolah memberikan
apresiasi terhadap hal-hal yang sudah baik dan memberikan penguatan terhadap
hal-hal yang masih kurang, sehingga dalam kegiatan tindak lanjut guru
diagendakan melakukan pembelajaran dengan perbaikan-perbaikan pada hal-hal yang
masih kurang.
Jika
kepala sekolah selalu hadir di tiap kesulitan yang dihadapi semua komponen
sekolah dalam menjalankan tugasnya dan memberikan solusi, maka prestasi sekolah
dipastikan akan selalu meningkat.
Akhirnya, melalui prestasi pribadi dan karakter
menunjukkan, kepala sekolah yang efektif harus memberikan model untuk perilaku
guru (pengaruh ideal). Kepala sekolah sebagai top leader menjadi orang pertama yang harus berakhlak
mulia, bisa menjadi contoh yang baik dan benar dan dapat membimbing semua warga
sekolah untuk bersikap yang baik dan benar pula. Pendekatan agama menjadi
solusi yang jitu untuk hal ini. Semua warga sekolah harus mengamalkan kehidupan
beragamanya dengan baik.
No comments:
Post a Comment