adsterra direct link

https://languishcharmingwidely.com/s1ptdft4t?key=01bf68e76297975183227ceb208075b4

Sunday, November 29, 2009

SAMPAHKU MALANG SAMPAHKU SAYANG

Manusia adalah produktor sampah utama, tapi manusia tidak mau hidup berdampingan dengan sampah, ironis bukan ?
Sampah memang tidak sedap dipandang mata, mencemari lingkungan dan menjijikkan. Itu hanya jika sampah tidak dikelola dengan baik, ketika sampah dikelola dengan baik tampilan sampah yang menjijikkan dan selalu dihindari tadi akan berubah menjadi sesuatu yang diminati dan disayangi. Perlu perubahan paradigma dari manusia tentang sampah. Sampah yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang berada di luar kehidupan kita harus kita ubah menjadi sesuatu yang berada dalam kehidupan kita, artinya sampah yang kita produksi tiap hari adalah bagian dari hidup kita, sehingga meskipun telah keluar dari tubuh kita, masih menjadi tanggung jawab kita untuk mengelolanya.
Proses pengelolaan sampah yang penulis tawarkan meliputi 4 hal, yaitu : Pemilahan , pemanfaatan kembali(Reuse), daur ulang (Recycling) dan pengomposan.
Proses pemilahan sangat menentukan proses pengolahan selanjutnya, proses pemilahan ini dilakukan langsung pada sumbernya, yaitu memilah-milah sampah berdasarkan jenisnya, seperti sampah daun (organik), sampah kertas, sampah plastik, dan sampah lainnya (Anorganik). Proses pemilahan ini bisa dimulai dari tingkat rumah tangga. Setelah dipilah-pilah, akan dapat diketahui mana sampah yang bisa dimanfaatkan kembali (Reuse), mana yang tidak. Yang tidak bisa dimanfaatkan kembali baru diteruskan pada proses berikutnya, yaitu daur ulang atau pengomposan. Dua proses ini dapat dilakukan di tingkat desa.. Pada proses daur ulang, terbuka kesempatan bagi swasta untuk terlibat. Proses ini umum dilakukan masyarakat Indonesia walaupun dalam sklala yang terbatas. Pasar daur ulang sudah lama tersedia di Indonesia, tinggal kesadaran dan keamauan kita semua, terutama tokoh masyarakat dan perangkat desa sampai tingkatan yang paling rendah yaitu rt, rw. Akan lebih baik jika pada tingkat desa dibentuk tim kebersihan desa, yang bertanggung jawab akan kebersihan lingkungan desa. Tim ini bisa terdiri dari tokoh masyarakat, perangkat desa, ketua rt,rw dan masyarakat yang peduli akan kebersihan dan kesehatan desa. Juga perlu diadakan penyuluhan-penyuluhan secara berkala kepada masyarakat luas mengenai bagaimana melakukan daur ulang sampah dan pengomposan. Daur ulang sampah adalah mengubah bentuk dan fungsi sampah, misalnya sampah plastic diubah menjadi tas, dompet dan benda bermanfaat lainnya, sampah kain atau karpet dijadikan keset dan lain sebagainya. Jika ini dapat diwujudkan di tingkat desa dengan membentuk suatu organisasi masyarakat yang dapat menampung masyarakat desa baik remaja, dewasa maupun ibu-ibu rumah tangga maka sedikit banyak akan dapat diciptakan lapangan pekerjaan yang bisa mengurangi tingkat pengangguran di desa tersebut, disampaing tentunya fungsi utama adalah mengatasi masalah sampah yang dianggap menjadi masalah social dewasa ini. Sedangkan pengomposan adalah pemanfaatan sampah organic (sisa makanan, daun dan sampah basah lainnya) untuk dijadikan pupuk. Prosesnya melalui composting dengan proses dekomposisi atau fermentasi.
Jika kita cermati lebih dalam lagi, ada 3 jenis sampah atau limbah dalam kehidupan kita, yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Yang telah banyak kita singgung di atas adalah limbah padat, yaitu limbah yang berupa zat padat. Memang tidak mungkin membuat limbah/sampah bentuk padat ini benar-benar bisa nol jumlahnya meskipun telah dikenai perlakuan seperti tindakan di atas. Tapi dengan 4 macam perlakuan tersebut di atas, maka volume sampah menjadi sangat berkurang, sehingga sampah yang memang sudah tidak bisa diambil manfaatnya lagi dan harus di buang di tempat pembuanag Akhir (TPA) jumlahnya menjadi jauh berkurang. Menggunungnya sampah di TPA adalah permasalahan besar yang dihadapai pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di lokasi TPA tersebut, sehingga dengan 4 perlakuan tersebut sangat membantu pemerintah dalam mengurangi volume sampah di TPA. Memang lama-kelamaan jumlah sampah di TPA tetap akan membesar, sehingga bagaimana mengelola sampah di TPA menjadi tugas tersendiri. Dalam rangka mengatasi permasalahan menggunungnya sampah di TPA, penulis mengusulkan perubahan fungsi TPA. TPA yang selama ini berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir ada baiknya diubah menjadi tempat pengolahan akhir. Bukan tidak mungkin sampah yang sudah tidak bisa diolah di tingkat masyarakat, akan bisa diolah ditingkat pembuangan akhir, kerena disini tentunya campur tangan pemerintah daerah menjadi lebih besar, belum lagi apabila pihak-pihak swasta dilibatkan. Dengan peralatan serta teknologi yang lebih maju, penulis yakin di tingkat TPA ini sampah masih bisa lagi diambil manfaatnya. Misalnya menjadi salah satu sumber energi, hal ini karena pada dasarnya, sampah adalah hasil dari proses fotosintesis, sehingga pasti terkandung energi di balik benda-benda tersebut. Dalam hal ini bisa memanfaatkan timbulnya gas metana dari tumpukan sampah tersebut menjadi salah satu sumber energi. Baru setelah benar-benar secara teknis, sampah yang tersisa sudah tidak bisa dimbil lagi manfaatnya baru bisa dibakar (Insenerasi). Tindakan ini adalah tindakan terakhir terhadap penanganan sampah. Bagaimana dengan limbah cair dan gas ?
Limbah cair adalah limbah yang berupa zat cair. Manusia tidak bisa hidup tanpa air, sehingga kebersihan air dari kotoran menjadi hal yang wajib diusahakan. Aktifitas manusia baik secara sendiri, maupun kelompok sering menyebabkan pencemaran air, baik itu melalui aktifitas perindustrian maupun aktifitas rumah tanga (domestic). Yang masih sering kita jumpai di masyarakat pedesaan adalah seringnya buang air besar di sungai. Ini jelas perbuatan yang kurang bertanggung jawab, sebab seperti telah disinggung di atas, bahwa sampah adalah bagian dari tubuh kita, yang telah keluar dari tubuh kitapun masih menjadi tanggung jawab kita, sehingga masih harus kita kelola agar tidak merugikan lingkungan serta orang lain. Dengan buang air besar di sungai berarti melimpahkan tanggung jawab akan sampah yang kita produksi kepada orang lain, disamping tentunya akan mencemari air sungai. Tindakan tepat dalam hal ini tentunya adalah membuang air besar di WC. Sapti tank WC adalah salah satu contoh IPAL ( instalasi pengolah air limbah ) sederhana. Dengan kontruksi dan desain yang benar limbah tinja akan bisa diuraikan oleh mikroorganisme yang ada dalam sapti tank sehingga tidak akan mencemari badan air disekitarnya.
Limbah gas adalah limbah yang berupa gas. Udara yang normal hanya mengandung Nitrogen dan Oksigen di dalamnya. Tetapi realitasnya, di dalam udara banyak terdapat gas pencemer (polutan) yang mengotorinya sehingga udara bersih saat ini sulit kita temukan. Akibat seringnya kita melakukan aktivitas pembakaran, juga semakin banyaknya kendaran bermotor akan menyumbang gas karbondioksida yang berlebihan di udara, yang dampak dari ini adalah meningkatnya efek rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global yang akan mengancam kehidupan kita. Tindakan bijaksana kita dalam hal ini adalah mengurangi semaksimal mungkin aktifitas pembakaran, serta gerakan penanaman seribu pohon.
Jika sampah diperlakukan seperti di atas, maka keberadaan sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan justru akan dicari keberadaannya karena potensi yang dimilikinya. Mari kita kelola sampah dengan benar agar anak cucu kita kelak tetap bisa menikmati bumi ini dengan segar dan sehat.

No comments:

Post a Comment